Jumat, 15 Mei 2009

EYANG PURBA: Pembesaran Lele

EYANG PURBA: Pembesaran Lele

Pembesaran Lele

pada poinnya saja, tulisan ini didasarkan pada pengalaman pribadi saja, kolok toh nanti ada yang sama berdasarkan teori tertentu, namanya kebetulan he.. he!!
Ya.., kecil-kecilan sih,
Aku piara 1000 ekor lele, sori bukan ekornya saja, sulit ngomong hari ginee, 1000 benih lele, saya ambil ukuran 5-7 kata si penjual bibit.
Kolam yang aku pakek, terpal di atas tanah, ukuran terpal yang aku pakek 3 x 5 meter, jadi ukuran kolam 1,5 m x 3,5 m, dengan dalam terpal 75 cm. ketinggian air saat tabur benih 30 cm dan berangsur aku tambah sehingga sampai umur 2 bulan tinggi air 50 cm. Kata orang sih nekad, tapi kata saya wajar, kenapa begichu karena aku kan udah panen, aku lupa ngitung hari tapi leleku menghabiskan 3 sak pakan lele, 1 sak 781-2, 1 sak 781, 1 sak lagi 782 total pakan 90 kg, hasil panen leleku 102 kg, dengan Harga jual Rp.10.000,- aku dapat uang Rp.1.020.000,- di ambil pakan yang Rp.600.000,- masih dapat sisa 420.000,- bibitnya harga Rp.150.000,- jadi aku dapat sisa Rp 270.000,- lumayan oe, aku jadi dapat mimpi baru, kalau 1 minggu aku tabur bibit 2000, satu bulan aku nabur bibit 8000, kalok tiap 1000 bibit aku dapat Rp 250.000 berarti 1 bulan aku bisa dapat Rp. 2.000.000,-, kalok lebih banyak lagi, ya.. annti dulu kan modalnya butuh banyak lagian ngejualnya gimana??? he-he...

Selasa, 03 Februari 2009

Cumbuan Pada Pertemuan Pertama

Waktunya kira-kira jam 4 sore, sebelum senja mulai temaram, Suasana romantis didukung oleh situasi yang romantis. Itulah sebabnya maka asmara kemudian menggelora. Air yang bening, sinar matahari yang mulai memancarkan rona kemerahan benar-benar membuat gelora asmara dua sejoli yang berada ditempat yang sepi, tak ada yang mengganggu.

Mungkin ini suatu kebetulan menurut mereka, padahal seting seperti itu memang sudah dipersiapkan untuk kepentingan tertentu. Mereka tidak tahu kalau ternyata ada sepasang mata yang dapat mengawasi mereka dengan leluasa. Bahkan seandainya yang mengawasi itu mau membidiknya dengan kamera, pasti akan menjadi berita yang menarik perhatian dunia.

Sepertinya awalnya hanyalah obrolan biasa, tetapi karena memang situasinya sangat mendukung maka mulailah ada aksi cumbuan yang menghanyutkan, tampak demikian mesranya dua sejoli itu, benar-benar merasa aman dari pengamatan orang aksinya berlanjut lebih seru lagi.

Hari semakin senja dan berganti malam, benar-benarlah makhluk yang dimabuk asmara itu lupa daratan, memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, berjalannya waktupun tak dihiraukan, gelapnya malam justru jadi selimut yang menghangatkan, yang awalnya cumbuan menjadi aksi yang mendebarkan, saling belit, saling pagut, tak henti-hentinya sepertinya hendak menghabiskan sisa waktu semalaman.

Rupanya tak pula demikian, mereka akhirnya kecapekan juga! Setelah sebuah rontaan terjadi tampak keduanya menjadi sedemikian lelah, terkulai lemah, Bahkan ketika kemudian selembar jaring disodorkan, tak ada rontaan, mereka harus rela meninggalkan ribuan telur di dasar kolam.

Kurang lebih 35 jam kemudia mulailah tampak ada kehidupan baru di kolam jernih itu, bayi-bayi lele yang mulai mencari makanan untuk mempertahankan hidupma, Saat itulah diperlukan cacing sutra (cacing Tubivek)

Sekilas Cara Pemijahan Lele
Ukuran Kolam
3 m X 4 m x 0,7 m

Ukuran Bibit
Betina : 1 kg/ ekor atau lebih
Jantan : 1 kg/ kg atau lebih, Lebih besar dari betina lebih baik.

Kondisi Kolam
1. Air Jernih
2. Kedalaman air kurang lebih 40 cm

Makanan
1. 0 - 35 hari : cacing sutra
2. Mulai 15 hari bisa mulai diberi D0
3. Selebihnya sesuakan dengan situasi dan kondisi.

Perlakuan
1. Pelepasan induk kira-kira jam 4 sore (paling lambat)
2. Di angkat pagi hari berikutnya.

Ciri-ciri Kematangan Induk
Betina : Perut Besar, disekitar klosks kemerah-merahan.
Jantan: Gerakkannya agresif, ujung kloakanya kemerah-merahan.

Rabu, 21 Januari 2009

Pupuk Menghilang

Pada dasarnya Indonesia adalah negeri agraris, tanahnya subur sehingga sebagian besar rakyatnya menopang kehidupannya dengan bertani.
Dari masa-ke masa, rakyat yang menggantukan kehidupan sebagai petani ini, mungkin karena keterbatasan pengetahuan dan keinginannya mendapatkan hasil yang maksimal, sering -kalau tidak dibilang selalu- menjadi ladang eksploitasi bagi pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan keuntungan berlipat ganda dari ketidakmampuan para petani. Dengan dalih membantu permodalan untuk menanam jenis tanaman tertentu dengan jaminan ketersediaan pupuk, bibit, obat-obatan dan jaminan pasar yang baik maka banyak rakyat petani yang justru terjebak pada jeratan hutang, karena modal yang diberikan itu tetap harus dikembalikan setelah panen, dan semua orang tahu bahwa tidak selamanya orang menabur bibit itu pasti panen. Banyak faktor X yang bisa saja panennya gagal.
Bagi si Pemodal tidak akan pernah dirugikan karena cepat atau lambat modal pasti kembali karena diuntungkan oleh kontrak perjanjian, petani gagal panen toh harus mengembalikan modal, petani berhasil mereka dapat memainkan harga.
Hasil memang berlipat dengan program yang ditawarkan, tetapi kesejahteraan petani tak banyak yang meningkat, kerena biaya produksinya menjadi sangat tinggi dan harga ditekan oleh pemodal.
Menjadi lebih parah keadaan petani ketika pemodal-pemodal ini dapat membonceng atau bahkan menyetir pemerintah yang mau membantu rakyat. Program-program yang tawarkan kepada petani untuk meninbgkatkan kesejahteraan, seperti bantuan pupuk/ pupuk bersubsidi, bantuan obat/ obat bersubsidi, Bantuan bibit, kredit usaha tani dan sebagainya membuka peluan-peluang monopoli untuk bahan-bahan keperluan petani. Alih-alih emningkatkan kesejahteraan, justru beban petani bertambah dengan sulitnya mencari pupuk, keterlambatan masa pemupukan (jelas dalam hal ini berpengaruh pada produksi) karena keterlambatan droping "bantuan pupuk" keterlambatan masa panen karena menunggu droping bantuan bibit, pengobatan terlambat karena keterlambatan droping bantuan obat-obatan. Belum lagi dihadapkan dengan hilangnya pupuk di pasaran, karena si Pemodal lebih suka menimbun pupuk itu untuk dijual nanti setelah program bantuan berlalu, kemudian dijual dengan harga standar pasar untuk mendapatkan keuntungan berlipat.
Demikian itu terjadi berulang dari masa ke masa, kerena keterbatasan kemampuan petani dan diseting untuk tetap tidak berdaya, karena akan menjadi ladang subur bagi para pemodal. Sungguh sebuah sistim penjajahan terselubung didalam negeri merdeka.
Di masa mendatang harus ada upaya, dan upaya ini harus dimulai dari petani sendiri untuk berani tidak tergantung pada siapapun dalam melakukan usaha tani. Alam Indonesia yang subur ini menyediakan segalanya untuk petani dari pupuk, obat hama dan bibit unggul. Saatnya petani mau kembali dengan sistim pengolahan tanah yang alamiah. Petani harus berani mencoba hal ini untuk melepaskan diri dari jeratan kolonialisme modern.

Selasa, 20 Januari 2009

Pengalaman dengan Bapakku 2

Pagi-pagi di suatu hari, ketika itu bapakku dengan seseorang yangdiminta membantu, memotong dahan-dahan pohon munggur lalu dipisahkan dahan dan daunnya. Saya pikir pada waktu itu bapak mau mengambil kayunya untuk kayu bakar, hal yang tidak asing, karena pada umumnya orang-orang di kampung kami memanfaatkan kayu bakar untuk memasak. Ada yang menjadikan saya bertanya-tanya ketika kemudian bapak mengumpulkan daunnya, mengikatnya, tetapi saya masih simpan pertanyaan itu, saya berusaha menjawab sendiri ah mungkin biar tidak berserakan saja, satu ikat, dua ikat, tiga ikat dan sampai berpuluh-puluh ikat, dikumpulkan dan disiapkan dipinggir jalan, tambah lagi pertanyaan yang timbul pada benak saya, untuk apa bapak melakukan itu, setahu saya daun pohon itu tidak bisa untuk makanan ternak. Aku tetap simpan pertanyaan itu tahunya aku hanya membantu melakukan seperti apa yang dilakukan bapak.
Jawaban kudapat sudah ketika bapak dan orang suruhannya mengangkat daun-daun tadi dibawa ke arah sawah akupun mengikuti dibelakangnya dengan seikat kecil daun munggur tadi, ternyata daun-daun itu kemudian ditabur di tanah sawah yang sehari sebelumnya baru selesai dicangkul. Ternyata daun-daun itu untuk pupuk.

Sabtu, 03 Januari 2009

Pengalaman Dengan Bapakku 1

Suatu Hari yang membahagiakan, musim panen padi, ketika suatu malam bapak bilang pada ibu dan anak-anak. Bu besok kita mau manen padi, aku sudah suruh orang untuk membantu, kamu siapkan saja seperti biasa uborampe untuk keperluan yang bekerja, anak-anak besok bantu bapak.

Berbunga-bunga hati saya mau ikut ke sawah, ... pagipun tiba dan kami berangkat ke sawah dengan bekal yang sudah disiapkan ibu. Sabit tak lupa aku tenteng dengan topi (Caping) yang agak kedodoran untuk ukuran kepalaku. Aku berlagak seperti seorang petani beneran.

Sampai disawah rupanya aku belum tau apa yang harus ku kerjakan, aku hanya perhatikan bapak yang membuat batas pada sepetak sawah itu, aku nggak ngeh dengan yang dilakukan bapak, Baru setelah panen selesai, dan padi yang dibatas itu ternyata tidak ikut dipanen maka aku beranikan tanya pada bapak: Pak ini kok nggak ikut di panen? Apa jawab bapak ini untuk bibit, sembari kita nunggu mengolah tanah bibit ini semakin tua, bibit yang tua akan menghasilkan padi yang baik, yang sama baiknya dengan induk padi ini. Aku diam dalam upaya memahami yang dimaksud bapak saya.